Sabtu, 17 September 2011

Barangku...Paling Berharga...

Aku sangat menyukai ucapan mama : "barang milikku yang paling berharga adalah kamu!"
ucapan yang sangat menyejukkan hati. Dan sampai sekarang aku masih mengingatnya...



Papa dan mama menikah karena dijodohkan orang tua,demikianlah yang dialami para muda-mudi di zaman itu,  hal ini sudah umum, tapi dizaman sekarang peristiwa itu sudah jarang terjadi, kebanyakan adalah hasil pilihan masing-masing. Tapi mama sangat mencintai papa, demikian juga dengan papa dan tampak selalu mesra, akur bagaikan pasangan cinta sejoli.

Sangat sulit dibayangkan bahwa pernikahan mereka pernah diterjang badai! yang nyaris memisahkan mereka hanya karena emosi sesaat saja!

Papa dan mama bekerja di perusahaan yang sama, oleh karena itu setiap hari berangkat dan pulang selalu bersama. Suatu hari mereka kerja lembur, mengadakan opname di gudang hingga pukul 02.00 dini hari dan baru pulang kerumah...

Papa sangat letih dan lapar, sampai di rumah tidak ada makanan maupun minuman yang siap disajikan, papa yang lapar meminta mama untuk menyiapkan makanan dan minuman. Beberapa hari belakangan ini emosi mama sedang tidak stabil,, ditambah lagi dengan adanya lembur, badan dan pikiran sungguh melelahkan, sehingga dengan kondisi yang labil itu, mama spontan menjawab dengan nada keras, "mau makan dan minum,memangnya tidak bisa masak sendiri!! Apa tidak punya tangan dan kaki lagi ya!!"

karena papa juga terlalu juga terlalu cape dan langsung menjawab dengan acuh tak acuh "kamu ini kan istriku, memasak adalah sudah menjadi kewajibanmu!!"

Mama langsung merespon, "tengah malam begini mau masak apa?" sudah lewat waktunya makan, seorang laki-laki harus lebih kuat daripada perempuan!!"
Mendengar itu, marahlah papa,beliau langsung berteriak dengan emosi, "kamu salah makan obat apa kemarin?" mau sengaja cari ribut ya?" istri memasak untuk suami adalah wajar, kenapa harus tergantung pada waktu?" kamu tidak senang?? ya, kalau tidak senang kamu pergi saja sekarang dari rumah ini!!!

Mama tidak menyangka akan menerima reaksi yang begitu keras, setelah terdiam sesaat, mama kemudian berkata sambil menitikkan air mata, "kamu ingin aku pergi........ aku akan pergi sekarang...!!!"
mama segera kembali kekamar untuk mengemasi barang-barangnya..

Melihat mama masuk kamar dan berkemas-kemas, papa berkata kepada mama yang membelakanginya. "Bagus!! Pergi sana!! ambil semua barangmu dan jangan kembali lagi!!"

Beberapa saat kemudian suasana menjadi sunyi senyap, tak ada kata-kata kebencian lagi yang muncul, menit demi menit berlalu, tapi mama tetap tak kunjung keluar dari kamarnya. Melihat keanehan itu, papa kemudian menyusul masuk ke kamar dan melihat mama sedang duduk diranjang dengan penuh linangan airmata sambil menatap koper kulit besar yang masih tergeletak diatas ranjang.

Melihat papa datang, dengan terisak-isak mama berkata, "duduklah diatas koper kulit itu,supaya aku boleh mengenang masa-masa perpisahan kita yang terakhir." Merasa aneh maka dengan sendu akhirnya tidak tahan juga untuk tidak bertanya, "untuk apa?" sambil menangis dengan terputus-putus mama berkata, "emas dan perak aku tidak memilikinya, tapi milikkku yang paling berharga adalah 'KAMU'!" Kamu dan anak-anak,aku tidak memiliki apapun...." itulah ucapan mama.

Meskipun kejadian itu telah lewat lama sekali, tapi aku masih mengingatnya terus sampai sekarang. Apalagi ketika mama mengucapkan kata-kata terakhir itu,papa merasa sangat tergoncang. Sejak malam itu papa telah diubah dan telah menjadi sangat hormat dan sayang kepada mama, menggandeng tangan anak-anak, merangkul mama senantiasa saling berpelukan. Kelak aku juga bercita-cita mendapatkan pasangan yang seperti papa.

Kehidupan apapun yang kita jalani saat ini tidaklah penting, yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi hidup ini, terutama disaat-saat badai itu muncul...